Selasa, 27 April 2010

SIKAP MENERIMA DALAM KELUARGA

Disusun Oleh :
1. GUnawan 19
2. Aminah
3. Juriah
4. Fir-man
5. Fitriani
6. Sutiana
7. Reni
8. Rohaya
9. Dewi Muliarni

Dipresentasikan pada Hari Rabu, 28 April 2010



Perkawinan adalah satu hal yang sakral dalam kehidupan manusia. bukan hanya sekedar proses untuk meneruskan keturunan, tetapi lebih dari itu sebagai salah satu langkah untuk menjadikan diri sebagai manusia yang lebih sempurna. Sempurna karena dapat merasakan indahnya saling berbagi, saling kasih dan menyayangi, dan juga sempurna karena sebagian ibadah dan kewajiban kita telah kita penuhi.

Membina sebuah biduk rumah tangga tentu bukan satu hal yang sederhana. Banyak tikungan, hambatan, godaan dan kesulitan disana-sini yang siap mengiringi kebahagiaan yang ingin kita capai. Tidak jarang sebuah perkawinan berakhir dengan perceraian. Namun tidak sedikit pula sebuah perkawinan yang berujung pada kebahagiaan sampai akhir hayat.

Keberhasilan untuk mencapai sebuah kehidupan rumah tangga yang bahagia, tidak terlepas dari komitmen dari pasangan tersebut. Ingin dibawa kemana tujuan berkeluarga harus sudah direncanakan sejak dini. Karena jika gagal merencanakan berarti telah merencanakan untuk gagal.

Sebuah komitmen agaknya harus dimulai dahulu dengan memahami apa tujuan dari sebuah perkawinan. Secara umum perkawinan menginkan terbentuknya keluarga yang sakinah tentram), mawadah (mencintai), warahmah (menyayangi/rahmat). Ketika tujuan ini telah ditetapkan, akan muncul usaha-usaha kreatif untuk mencapai tujuan tersebut. Tentu usaha disini adalah usaha-usaha yang tetap berada pada koridor norma dan batasan-batasan yang berlaku.

Salah satu kunci penting dalam menjaga keutuhan rumah tangga adalah rasa iklas “Menerima”, disamping juga komponen lain seperti adanya rasa cinta kepada pasangan, saling mengerti dan lain sebagainya. Sikap “nrimo” ini bukan berarti menerima segala macam perlakuan, atau keadaan secara buta dan tanpa berusaha sama sekali. Ketika ada hal yang tidak sesuai dengan tatanan kehidupan yang layak, tentu hal tersebut harus dibicarakan dan dicarikan titik temunya.

Tidak bisa disangkal bahwa setiap manusia memiliki kekurangan dan kelemahan. Kita dijadikan oleh Tuhan sebagai makhluk yang berpasang-pasangan adalah untuk menyempurnakan kekurangan dan kelemahan itu. Disaat seorang suami lemah dan mengalami kebutuan dalam hidupnya, istri berperan sebagai orang yang menenangkan. Menghibur dengan kasih sayang nya, dan membantu dengan curahan cinta dan perhatian ia miliki, sehingga masalah itu walaupun tidak tuntas sekaligus namun paling tidak bisa memberikan rasa lapang pada suami. Dan begitu pula sebaliknya.

Tidak mudah memang untuk menerima sebuah kekurangan dari pasangan hidup kita. Mulai dari masalah ekonomi yang tidak layak, kondisi fisik yang tidak tergolong cantik / tampan, sampai pada sikpa perilaku pasangan yang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Oleh sebab itu, menyambung pembicaraan pada kelompok sebelumnya yang mengulas tentang “sikap mengerti” terhadap pasangan, sebelum kita menetapkan pilihan pada seseorang untuk menjadi belahan jiwa kita, kita harus mengenali dan mengerti kondisinya terlebih dahulu. Ketika perasaan mengerti dan paham akan kondisi pasangan kita telah terpatri, berangsur-angsur tanamkan sikap untuk “menerima” terhadap kekurangan yang ia miliki, disamping tetap terus berusaha memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang ada pada masing-masing pihak.

Timbul sebuah pertanyaan, lantas apa yang mungkin terjadi jika perasaan menerima ini tidak ditumbuhkembangkan pada diri masing-masing pasangan ? Berikut penulis utarakan beberapa akibat fatal jika sikap ini tidak ditanamkan :
1. Memicu terjadinya perceraian
2. Ketika ayah dan ibunya memutuskan bercerai anak menjadi terlantar atau paling tidak perkembangan mental / psikologinya terganggu
3. Trauma / tekanan batin
4. Memicu timbulnya perselingkuhan
5. Konflik antar keluarga, dan masih banyak lagi

Mengingat dampak yang diakibatnya cukup fatal jika dibiarkan berkembang dan berlarut-larut, maka jalan terbaik adalah sejak dini kita harus melatih diri untuk mampu bersikap menerima. Berikut ini hal-hal yang harus diterima dari pasangan kita adalah :
a. Cacat fisik
b. Adanya kelainan pada perilaku seksual (baik hiper ataupun lemah)
c. Ketidakmampuan untuk memberikan keturunan
d. Memiliki kemampuan berfikir lemah
e. Memiliki ketidaknormalan pada fungsi kejiwaan
f. Perbedaan latar belakang pendidikan
g. Tidak memiliki pekerjaan tetap
h. Tidak idealnya penghasilan
i. Berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda, baik suku, kebiasaan, adat istiadat dan lain sebagainya
j. Terlalu pemarah atau terlalu pendiam

Namun seperti yang telah penulis ungkapkan sebelumnya bahwa tidak semata-mata hal ini diterima begitu saja. Tindakan menerima adalah salah satu jalan untuk meredam konflik. Namun usaha penyeimbangnya atau pengentasannya harus tetap ada. Misalnya ketika pasangan kita memiliki kelainan pada fungsi seksualnya. Katakanlah tidak dapat menghasilkan keturunan. Hal ini dapat diusahakan pengobatannya dengan mendatangi dokter yang berkompeten dibidangnya. Atau dapat pula mengikuti berbagai terapi untuk mengatasi masalah tersebut.


Untuk Sementara Uraian yagn ada disini masih belum lengkap. Akan ada perbaikan setelah ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun masih penulis tunggu

Sabtu, 24 April 2010

Konferensi Kasus untuk Membantu Mengatasi Masalah Siswa


A. Pengertian
Konferensi kasus merupakan kegiatan pendukung atau pelengkap dalam Bimbingan dan Konseling untuk membahas permasalahan siswa (konseli) dalam suatu pertemuan, yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan siswa (konseli).

Memang, tidak semua masalah yang dihadapi siswa (konseli) harus dilakukan konferensi kasus. Tetapi untuk masalah-masalah yang tergolong pelik dan perlu keterlibatan pihak lain tampaknya konferensi kasus sangat penting untuk dilaksanakan. Melalui konferensi kasus, proses penyelesaian masalah siswa (konseli) dilakukan tidak hanya mengandalkan pada konselor di sekolah semata, tetapi bisa dilakukan secara kolaboratif, dengan melibatkan berbagai pihak yang dianggap kompeten dan memiliki kepentingan dengan permasalahan yang dihadapi siswa (konseli).

Kendati demikian, pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Artinya, tidak semua pihak bisa disertakan dalam konferensi kasus, hanya mereka yang dianggap memiliki pengaruh dan kepentingan langsung dengan permasalahan siswa (konseli) yang boleh dilibatkan dalam konferensi kasus. Begitu juga, setiap pembicaraan yang muncul dalam konferensi kasus bersifat rahasia dan hanya untuk diketahui oleh para peserta konferensi.

Konferensi kasus bukanlah sejenis “sidang pengadilan” yang akan menentukan hukuman bagi siswa. Misalkan, konferensi kasus untuk membahas kasus narkoba yang dialami siswa X. Keputusan yang diambil dalam konferensi bukan bersifat “mengadili” siswa yang bersangkutan, yang ujung-ujungnya siswa dipaksa harus dikeluarkan dari sekolah, akan tetapi konferensi kasus harus bisa menghasilkan keputusan bagaimana cara terbaik agar siswa tersebut bisa sembuh dari ketergantungan narkoba.

B. Tujuan

Secara umum, tujuan diadakan konferensi kasus yaitu untuk mengusahakan cara yang terbaik bagi pemecahan masalah yang dialami siswa (konseli) dan secara khusus konferensi kasus bertujuan untuk:

1. mendapatkan konsistensi, kalau guru atau konselor ternyata menemukan berbagai data/informasi yang dipandang saling bertentangan atau kurang serasi satu sama lain (cross check data)
2. mendapatkan konsensus dari para peserta konferensi dalam menafsirkan data yang cukup komprehensif dan pelik yang menyangkut diri siswa (konseli) guna memudahkan pengambilan keputusan
3. mendapatkan pengertian, penerimaan, persetujuan dari komitmen peran dari para peserta konferensi tentang permasalahan yang dihadapi siswa (konseli) beserta upaya pengentasannya.

C. Prosedur

Konferensi kasus dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Kepala sekolah atau Koordinator BK/Konselor mengundang para peserta konferensi kasus, baik atas insiatif guru, wali kelas atau konselor itu sendiri. Mereka yang diundang adalah orang-orang yang memiliki pengaruh kuat atas permasalahan dihadapi siswa (konseli) dan mereka yang dipandang memiliki keahlian tertentu terkait dengan permasalahan yang dihadapi siswa (konseli), seperti: orang tua, wakil kepala sekolah, guru tertentu yang memiliki kepentingan dengan masalah siswa (konseli), wali kelas, dan bila perlu dapat menghadirkan ahli dari luar yang berkepentingan dengan masalah siswa (konseli), seperti: psikolog, dokter, polisi, dan ahli lain yang terkait.
2. Pada saat awal pertemuan konferensi kasus, kepala sekolah atau konselor membuka acara pertemuan dengan menyampaikan maksud dan tujuan dilaksanakan konferensi kasus dan permintaan komitmen dari para peserta untuk membantu mengentaskan masalah yang dihadapi siswa (konseli), serta menyampaikan pentingnya pemenuhan asas–asas dalam bimbingan dan konseling, khususnya asas kerahasiaan.
3. Guru atau konselor menampilkan dan mendekripsikan permasalahan yang dihadapi siswa (konseli). Dalam mendekripsikan masalah siswa (konseli), seyogyanya terlebih dahulu disampaikan tentang hal-hal positif dari siswa (konseli), misalkan tentang potensi, sikap, dan perilaku positif yang dimiliki siswa (konseli), sehingga para peserta bisa melihat hal-hal positif dari siswa (konseli) yang bersangkutan. Selanjutnya, disampaikan berbagai gejala dan permasalahan siswa (konseli) dan data/informasi lainnya tentang siswa (konseli) yang sudah terindentifikasi/terinventarisasi, serta upaya-upaya pengentasan yang telah dilakukan sebelumnya.
4. Setelah pemaparan masalah siswa (konseli), selanjutnya para peserta lain mendiskusikan dan dimintai tanggapan, masukan, dan konstribusi persetujuan atau penerimaan tugas dan peran masing-masing dalam rangka pengentasan/remedial atas masalah yang dihadapi siswa (konseli)
5. Setelah berdiskusi atau mungkin juga berdebat, maka selanjutnya konferensi menyimpulkan beberapa rekomendas/keputusan berupa alternatif-alternatif untuk dipertimbangkan oleh konselor, para peserta, dan siswa (konseli) yang bersangkutan, untuk mengambil langkah-langkah penting berikutnya dalam rangka pengentasan masalah siswa (konseli).

C. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyelenggarakan konferensi kasus, antara lain:

1. Diusahakan sedapat mungkin kegiatan konferensi kasus yang hendak dilaksanakan mendapat persetujuan dari kasus atau siswa (konseli) yang bersangkutan
2. Siswa (konseli) yang bersangkutan boleh dihadirkan kalau dipandang perlu, boleh juga tidak, bergantung pada permasalahan dan kondisinya.
3. Diusahakan sedapat mungkin pada saat mendeskripsikan dan mendikusikan masalah siswa (konseli) tidak menyebut nama siswa (konseli) yang bersangkutan, tetapi dengan menggunakan kode yang dipahami bersama.
4. Dalam kondisi apa pun, kepentingan siswa (konseli) harus diletakkan di atas segala kepentingan lainnya.
5. Peserta konferensi kasus menyadari akan tugas dan peran serta batas-batas kewenangan profesionalnya.
6. Keputusan yang diambil dalam konferensi kasus berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional, dengan tetap tidak melupakan aspek-aspek emosional, terutama hal-hal yang berkenaan dengan orang tua siswa (konseli) yang bersangkutan
7. Setiap proses dan hasil konferensi kasus dicatat dan diadminsitrasikan secara tertib.

7 hal yg tak bisa di ubah

Postingan kali ini bukan tutorial lagi kok,tenang saja.Mempersembahkan postinganku,yaitu 7 hal yang yang tidak bisa kita ubah di dunia ini.Oke,penasaran apa sih itu??baiklah kita mulai aja ya film bokepnya faktanya.Sebelumnya,setelah membaca artikel ini kalian diwajibkan untuk memberikan
komentar di artikel ini (bercanda kok, hehehe)

1.Jenis Kelamin
Walaupun sudah ada operasi untuk mengganti jenis kelamin yaitu Transgender.Tapi roh kita tidak berubah.Misalnya kalian yang cowok melakukan operasi Transgender menjadi cewek,roh kita tetap saja cowok.Jadi,terima saja dirimu itu cowok ataupun cewek.

2.Orang Tua
Sebelum dilahirkan didunia,kita enggak bisa memilih mau dilahirkan oleh orangtua yang mana.Kalian harus menghormati orang tua kalian!!Apakah orang tua kalian itu penjudi,pemabuk,bahkan pelacur sekalipun.Hormatilah mereka,jika enggak itu akan terjadi di kehidupanmu nanti.Kalian tidak akan dihormati oleh anak-anak kalian.Mau kayak gitu??

3.Hari Kelahiran
Tuhan sudah menentukan hari lahirnya seorang manusia sebelum dunia ini terbentuk.Mengesankan bukan?Tapi itu beneran kok.Jangan kalian menyesali kenapa hidup didunia ini tapi disia-siakan oleh orang yang kamu kasihi.Tuhan pasti punya tujuan untukmu.

4.Bentuk Fisik
Terima saja kalau rambutmu keriting,atau hidungmu pesek.Kita sering melihat orang yang membuat hidungnya mancung dengan operasi atau mencukur alis matanya sampai habis.Tapi hal itu malah membuatmu enggak natural dan jadi aneh.

5.Masa Lalu
Ini juga sudah ditetapkan oleh Tuhan. Jangan melihat ke belakang, karena itu hanya membuat kamu berhenti untuk berusaha kedepannya.Lihatlah masa depan yang indah.


6.Kedudukan Dalam Keluarga
Enggak masalah kamu itu anak sulung,tengah,atau bungsu.Nikmati saja hidup ini.

7.Suku Bangsa/Ras
Nyesal jadi orang Indonesia yang terus menerus dilanda masalah? Nah, sekarang ubah cara berpikirmu. Tuhan sudah menetapkan kamu di bangsa ini untuk satu tujuan. Jadi,lakukan yang terbaik yang kamu bisa,setia,dan jangan korupsi.Itu sudah cukup untuk membangun bangsa ini jadi lebih baik

Oleh karena itu saudaraku, Terkadang seberapa besar keinginan kita untuk mengubah sesuatu, Kuasa Tuhan Adalah hal yang paling mutlak terjadi...

Selasa, 20 April 2010

DAMPAK NEGATIF TELEVISI TERHADAP ANAK DAN USAHA MENGANTISIPASINYA


Oleh Drs. Akmal Sutja, M.Pd

Terkesan dengan tugas laporan buku Social Learning Theory dari Albert Bandura, yang melihat televisi sebagai modeling perilaku manusia, dan hasil penelitian Albert Bandura tentang pengaruh televisi terhadap perilaku manusia, sehingga menghasilkan dalil-dalil seperti 1) belajar melalui observasi yang sungguh-sungguh akan mengakibatkan terorganisir dan tersimpannya model perilaku dalam memori seseorang serta kemudian mendorong dengan kuat seseorang untuk melakukannya. 2) reinforcement bukanlah hanya belajar tentang respon, tetapi menentukan ya atau tidaknya seseorang mempergunakan kemampuan yang diperoleh dari pengamatan itu, serta 3) tayangan kekerasan pada televisi dan kondisi lingkungan pisik yang saling menyerang justru akan membentuk; perhatian (attention), keinginan mengulangi kembali (retention), serta munculnya motivasi (motivation) untuk menyerang orang lain.

Namun dalil tersebut agaknya belum komprehensif untuk mengupas dampak televisi bagi perkembangan manusia. Karena televisi tidak hanya menjadi acuan atau modeling seseorang berperilaku, tetapi sebebenarnya lebih lebih mendasar dari itu, yaitu mempengaruhi reaksi dan proses kerja syaraf otak serta pisik seseorang Mungkin kita berkesempatan menambah atau mengembangkan dalil Bandura ini, dengan mencermati penelitian yang dilakukan oleh ahli lainnya.

Untuk mendeskripsikan pengaruh tayangan televisi terhadap anak-anak ini, maka penulis senggaja untuk mengangkat persoalan televisi ini sekali lagi sebagai makalah untuk diajukan dalam perkuliahan Aspek Sosial Budaya dalam Pengembangan Pendidikan, di bawah asuhan yang mulia Prof Dr. Achmad Hufad, M,Ed, dengan judul ”Dampak Negatif Televisi terhadap Anak dan Usaha Mengantisipasinya”

A. Televisi sebagai Sumber Belajar

Ketika Charles Francis Jenkins, dari USA, (1923) mendemonstrasikan televisi, dan diikuti dua tahun kemudian oleh John Logie Baird dari Inggris, pastilah mereka tidak membayangkan, bahwa temuan mereka kelak akan menjadi media komunikasi massa yang digemari dan berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Ditonton dan dibutuhkan semua lapisan masyarakat, dan banyak orang yang menghabiskan waktunya berjam-jam setiap hari untuk menyaksikan tayangan dari televisi itu.

Juga tak mungkin terpikirkan pula bagi mereka bahwa televisi temuan mereka akan menjadi acuan perilaku banyak orang, pusat sumber belajar masyarakat . Memberi informasi sekaligus edukasi dan hiburan. Dimanfaatkan banyak pihak, mulai dari pelaku ekonomi untuk iklan produksinya, politikus untuk promosi diiri, sampai petani dan nelayan untuk mengetahui cara bercocok tanam dan ramalan cuaca.

Namun Moore (2004) menyatakan bahwa tayangan televisi sekarang telah banyak terkontaminasi dengan pesan terselubung atau terang-terangan dan berdampak negatif terhadap anak-anak. Sehingga kehadiran televisi sekarang ini bagikan pedang bermata dua, ada sisi positif atau negatifnya.

Mengapa televisi bisa tampil sebagai media komunikasi massa yang digemari banyak orang itu? Bandura (?) menjelaskan bahwa televisi sebagai media massa yang amat disukai banyak orang disebabkan karena televisi memiliki sifat sederhana (mudah dipahami), distinctif, (menonjolkan hal yang berbeda) disukai (mengikuti kehendak atau kesukaan pemirsanya), bermanfaat (ada hikmah atau manfaat yang bisa dipetik dari tayangan itu) dan menarik (dengan menghiyas atau mengusahakan segala sesuatu itu menawan hati).

Oleh karena itu, adalah mustahil, bilamana setiap anak bisa dibebaskan dari televisi. Kalaupun tidak miliki sendiri, mereka akan bergabung menonton ke rumah tetangga. Daya pikat televisi sunguh luar biasa. Tak membedakan usia, dari balita sampai manula, laki-laki maupun wanita, Tak peduli kaya atau miskin, di kota atau di desa, di rumah bahkan di kantor di dalam kenderaan. televisi benar-benar menjadi kebutuhan setiap rumah, setiap keluarga, dan di masa depan akan menjadi kebutuhan setiap individu.

Televisi membuai orang sampai terlena. Silih berganti acara menarik disuguhkan, mulai dari yang jenaka sampai debat ilmiah, dari berita sampai kepada drama, dari yang tradisonal sampai tayangan close-up. televisi tampil seakan tanpa cela. televisi telah menghubungkan orang dengan dunia luar. Tak lagi rahasia dunia tersisa. Kejadian sekecil apapun, di belahan dunia yang amat jauh bagaikan dipelupuk mata. Dilayar yang kecil itu seorang bocah bisa menyaksikan worl-cup, peperangan, bahkan juga menyaksikan pidato Barack Obbama, SBY atau Ahmadinejef di depan bangsanya masing-masing. Televisi menjadi jendela dunia. Pusat perhatian dan jalur informasi yang belum tertandingi. Dewasa ini televisi memiliki ragam fungsi; informasi, edukasi, ekonomi, rekreasi, serta hiburan.



B. Dampak televisi terhadap proses kerja otak

Dibalik tayangan televisi yang penuh pesona itu, ternyata banyak bahaya yang mengintai, khususnya bagi pendidikan anak. Memberikan kebebasan menonton televisi ternyata memiliki danpak negatif terhadap susunan syaraf otak, kepribadian dan pisik anak. Dokter spesialis anak asal San Francqqisco Amerika, Susan R Johnson, MD. (2000) yang dimuat Intisari Edisi Mei 2000, melaporkan, bahwa televisi mempengaruhi sistem kerja syaraf otak anak.

Menurut Johnson (2000) otak manusia tersusun dua belahan, kiri dan kanan. Namun reaksi atau proses kerjanya tumbuh dan berkembang secara perlahan melalui tiga tahapan, dari otak primitif (action brain), otak limbik (feeling brain) dan akhirnya otak pikir (neocortec, atau thought brain). Proses kerjanya saling berkaitan, dan juga dimulai sesuai dengan urutan tersebut, meskipun ketiganya mempunyai fungsi sendiri-sendiri.

Otak primitif mengatur kegiatan pisik dalam rangka kelangsungan hidup; mengelola gerak reflek, mengendalikan gerak motorik, membantu keseimbangan fungsi tubuh serta memproses informasi yang masuk dari panca indra. Kemudian baru setelah itu otak limbig bereaksi dan terakhir otak pikir. Saat menghadapi ancaman atau keadan bahaya otak primitif bersama otak limbig menyiapkan reaksi "hadapi atau lari". Itulah sebabnya, sering kali reaksi pisik dan emosi lebih dulu sebelum otak pikir sempat memproses imformasi.

Otak limbik memproses informasi seperti rasa suka, sayang, cinta sampai rasa sebal dan benci. Otak ini sebagai penghubung otak pikir dan otak primitif. Maksudnya, otak primitif dapat diperintah mengikuti kehendak otak pikir. Tetapi disaat lain otak pikir, dapat dikunci untuk tidak berfungsi, dikalahkan fungsi otak primitif dan limbig. Keadaan darurat, mengerikan atau emosional, orang sering kali hanya mengikuti printah otak primitif dan limbik. Otak pikir diam dan tidak berfungsi apa-apa, karena dikunci kedua otak tersebut.

Sedangkan otak pikir yang merupakan bagian otak yang paling obyektif menerima masukan dari otak primitif dan otak limbik. Namun ia butuh waktu lebih banyak untuk memproses informasi termasuk image dari otak primitif dan otak limbig. Otak pikir juga merupakan tempat bergabungnya pengalaman, ingatan, perasaan, dan kemampun berfikir untuk melahirkan gagasan dan tindakan.

Otak manusia memiliki miliaran neorun (syaraf). Setiap ada hal penting dan berkesan bagi individu, maka dalam otak terbentuk jaringan atau sambungan baru. Sambungan itu akan terbungkus oleh protein yang berada dalam batang neuron, atau ini disebut proses melienasi.

Mielinasi syaraf otak berlangsung secara berurutan, mulai dari otak primitif, lembig, dan otak pikir. Jalur syaraf yang makin sering digunakan membuat sambungan semakin menebal. Makin tebal sambungan makin cepat impuls syaraf atau akan lancarnya perjalanan sinyal bolak balik ke otak. Bila sambungan tersebut jarang digunakan, maka ia akan lambat dan membutuhkan banyak waktu. Karena itu, anak yang sedang tumbuh dianjurkan menerima rangsangan dari lingkungannya sehingga masuk dan diproses dalam otaknya sebagai melienasi.

Otak anak, sejak lahir, memiliki lebih 10 miliar neuron (sel-syaraf) Tiga tahun pertama, merupakan priode yang sensitif untuk membentuk ribuan sambungan (melienasi) antar neuron yang disebut dedrite dan axon. Axon lurus dan dedrite bagaikan sarang laba-laba. Sambungan itu akan terbungkus melalui proses melienasi. Meskipun otak anak 6-7 tahun, ukurannya masih kecil dan baru dua pertiga otak orang dewasa, tetapi memiliki kemampuan 5-7 kali lebih banyak sambungan antar neutron dari pada otak orang dewasa. Otak anak punya kemampuan yang cepat untuk menyusun sambuang antar neuron. Ini disebabkan, karena usia demikian otak anak dilengkapi dengan enzim berupa lemak yang memudahkan melienasi tercipta.

Karena melienasi itu tercipta sebagai akibat beroperasinya fungsi otak, maka pada masa itu anak perlu mendapat berbagai pengalaman yang positif dan bermanfaat bagi kehidupan mereka nantinya. Kalau anak tidak mendapat pengalaman itu serta lingkungan tidak merangsang terbentuknya melienasi tersebut, maka sambungan tersebut tidak akan terjadi., sehingga otak anak bagaikan folder kosong dengan kapasitas besar.

Namun kecepatan menciptakan sambungan itu akan berkurang pada usia 10-11 tahun jika tidak dikembangkan atau digunakan. Karena saat itu, enzim dan lemak yang diperlukan untuk melienasi dilepaskan dari otak dan melarutkan semua jalur urat syaraf (parthway) yang tidak terbungkus atau terbentuk.

Sebelum anak berusia 4 th melienasi banyak terjadi pada otak primitif. Setelah umur 6 -7 tahun mileinasi baru bergeser ke otak pikir. Awalnya dari belahan otak kanan yang antara lain bertugas merespon citra visual. Ketika menonton televisi belahan otak kanan inilah yang paling dominan kerjanya. Sedangkan ketika membaca menulis, dan berbicara belahan otak kiri yang dominan. Tugas utama otak kiri adalah berfikir secara analitis dan menyusun argumen logis langkah demi langkah. Ia menganalisis kata dan makna bahasa (misalnya kemampuan mencocok suara dengan alfabet) juga mengelola keterampilan otot halus seperti menggerakan mulut, lidah atau suara.


Kedua belahan otak itu dijembatani oleh bundel (urat) syaraf yang disebut corpus collosum, sisi kanan dan kiri saling berkoordinasi melalui jembatan ini. Aktivitas motorik kasar seperti lari lompat tali, memanjat serta aktivitas motorik halus menggambar, merenda, membuat origami dan bikin lukisan merupakan aktivitas penting melienasi. Jalur ini memungkinkan kemampuan berfikir analitis, (otak kiri) dan intuitif (otak kanan) untuik saling mempengaruhi. Sejumlah ahli neuropsikologi percaya bahwa buruknya hubungan atau jembatan ini mempengaruhi kemampuan berkomunikasi antara belahan otak kanan dan kiri. Diduga, inilah penyebab timbulnya kesulitan perhatian pada anak.


C. Televisi dan problem pancaindra

Mulai semenjak kanak-kanak, pancaindra harus mendapat porsi pengalaman yang seimbang. Artinya antara mata, telinga, hidung, lidah, serta kulitnya perlu mendapat pengalaman yang sama agar bisa terjalin koordinasi sinyal ke otak. Pemaksaan kepada salah satu indra saja sangat memungkinkan panca indra lainnya akan tidak cepat diterima oleh otak.

Televisi sesungguhnya hanya memberikan informasi kepada dua indra; mata dan telinga. Meskipun dengan visual yang sempurna serta suara yang seterio sebenarnya tidak membawa arti banyak pada anak. Karena ketajaman visual dan pandangan tiga demensional anak belum berkembang sepenuhnya sampai usia 4 tahun. Gambar yang dihasilkan televisi itu tidak nyata, tidak vokus dan sering kabur karena tersusun dari titik-titik sinar. Hal ini membuat mata anak-anak jadi terpaksa sehingga cepat menimulkan kelelahan

Karena televisi lebih merangsang mata, dari pada lainnya, maka menempatkan mata anak pada rangsangan yang berlebihan. Pada hal kondisi pisik mata anak justru memerlukan perlidungan agar mata mereka tidak menerima rangsangan yang berlebihan itu. Pupil mata mereka sering kali kekeringan karena durasi yang cepat saat menonton itu mereka jarang berkedip. Akibatnya kerusakan mata bagi anak yang setiap hari menonton televisi lama adalah suatu yang lumrah ditemui.

Anak-anak ibarat lensa kamera, mereka meyerap apa saja yang dilihat, didengar, dicium, dirasakan dan disentuh dari lingkungan mereka. Kemampuan otak mereka untuk memilah atau menyaring pengalaman, rasa senang atau tidak, aman atau berbahaya belum berkembang, sehingga memungkinkan ia menyenangi dan ingin mengambil binatang berbisa karena warnanya yang indah. Sama halnya dengan dorongan modeling yang disebut Bandura (?) vicarious reward justru dianggap sebagai legitimasi atas suatu tindakan kekerasan. Di sini juga dapat merubah kewaspadaan anak terhadap bahaya yang mengancamnya.

Rangsangan dan perkembangan indra itu, pada gilirannya akan mengembangkan bagian tertentu dari otak primitif yang disebut dengan reticuler activating system (RAS) RAS ini pintu masuk dimana kesan yang ditangkap setiap indra saling berkoordinasi sebelum diteruskan ke otak pikir. RAS merupakan wilayah di otak yang membuat kita mampu memusatkan perhatian. Kurangnya stimulasi, atau sebaliknya stimulasi yang berlebihan, ditambah lagi dengan gerakan motorik kasar dan halus yang tidak berkembang secara baik, bisa menyebabkan rusaknya perhatian terhadap lingkungan. Anak akan telihat bebal dan cuek dengan lingkungannya.

Dengan demikian, televisi telah mendorong terciptanya dominasi mata sebagai jalan masuk ke otak, dan tentu saja akan membuat indra lainnya tidak mendapat respon yang cepat. Oleh sebab itu, maka anak yang sering menonton televisi tidak akan mudah bereaksi dan terlihat mudah lupa bila mendengar perintah orang tua, serta terlambat dalam mengoperasikan otak pikirnya.

Televisi juga barang elektronik lain, memancarkan gelombang elektromagnetik, maka disarankan posisi menonton setidaknya 120 cm dari televisi dan 45 cm dari layar komputer. Sistem visual dalam kemampuan mencari atau search out, memindai atau scan, memfokus, dan mengindentifikasi apa yang masuk dalam bidang pandang terganggu oleh kegiatan menonton televisi, pada hal keterampilan visual ini perlu dikembangkan dengan kaitannya dengan membaca efektif. Saat menonton pupil mata anak tidak melebar, dan nyaris tidak ada gerakkan mata, pada hal gerakan yang elastis justru penting dalam kegiatan membaca. Mata dituntut harus bergerak dari kiri ke kanan halaman saat membaca.

Kemampuan untuk memusatkan perhatian, juga menghasilkan sistem visual ini, sementara itu gambar- gambar televisi yang berubah secara cepat tiap lima-enam detik pada kebanyakan tayangan acara dan dua sampai 3 detik pada iklan, membuat otak pikir tidak punya kesempatan memproses imag, pada hal otak pikir perlu 5 sampai 6 detik untuk memproses gembar begitu mendapat stimulus.

Membaca buku, berjalan-jalan di alam, bercakap dengan orang lai--dimana anak punya kesempatan untuk merenung dan berpikir jauh lebih mendidik dari pada menonton televisi --- Kegiatan ini meniadakan pengalaman berharga itu. Menonoton televisi merupakan pekerjaan tanpa akhir, bahkan tanpa tujuan. Tidak seperti makan dan atau jalan-jalan yang ada masa kenyang dan lelahnya. Menonton televisi tidak ada ujungnya. televisi membuat anak ingin terus menonton, tanpa pernah merasa puas.


D. Televisi; Mematikan Gerak Reflek

Meskipun acara televisi yang dikhususkan untuk anak, tetap saja tayangan itu meletakkan belahan otak kiri dan sebagian belahan otak kanan ke dalam gelombang alfa (slow wafe of in activity) televisi membius fungsi-fungsi otak pikir dan merusak keseimbangan serta interaksi antar kedua belahan otak kiri dan kanan itu.

Bila membaca menghasilkan gelombang beta kuat dan aktif, sedangkan menonton televisi mengembangkan gelombang alfa lambat di belahan otak kiri dan kanan. Belahan kiri merupakan pusat penting dalam kegiatan membaca, menulis dan berbicara. Otak kiri merupakan tempat di mana simbol-simbol abstak (alfabet) dikaitkan dengan bunyi. Sumber cahaya televisi yang berpencar dan bergetar di duga ada kaitannya dengan meningkatnya aktivitas gelombang lambat itu.

Otak primitif tidak dapat membedakan mana gambar riel dan mana gambar cahaya televisi, karena penglihatan merupakan tanggung jawab otak pikir. Karena itu, ketika televisi menanyangkan gambar clus-up dan gambar bercahaya secara tiba-tiba, otak primitif bersama otak limbig segera menyiapkan respon, hadapi atau lari. Dengan melepaskan hormon dan kimia ke tubuh yang akan berperasi. Seperti, bila akan memukul, jantung mengalirkan darah ke salah satu kepalan tangan yang akan bereaksi. Darah yang mengalir ke otot anggota badan meningkat bersiap-siap menghadapi keadaan bahaya.

Namun karena itu tidak riel kenyataan, maka anggota tubuh yang telah disiapkan otak untuk melakukan reaksi tersebut tidak bereaksi, dan segera kesiapan ditarik pelan-pelan oleh mekanisme tubuh. Bila ini terjadi berulang kali, justru akan menyebabkan anggota tubuh kehilangan gerakan refleksnya, bahkan mandul. Bila terjadi kenyataan sesungguhnya, gerakkan reflek tubuh akan kalah sehingga orang yang bisanya menonton televisi terlalu lama akan terlihat lambat dalam gerakkan reflek ini.

Karena itu terjadi dalam tubuh tanpa diikuti gerakan yang sesuai dengan anggota badan, maka acara-acara televisi tertentu sesungguhnya meletakkan kita kepada keadaaan strees atau kecemasan kronis. Berbagai studi menunjukkan, pada orang dewasa yang mengalami stess kronis, pertumbuhan belahan otak kirinya terhenti (atrofy). Ketika otak anak dipapari rangsagan visual sekaligus suara, yang diserap hanyalah visualnya. Ilustrasi tentang fenomana ini dapat dilihat pada sekelompok anak 6-7 tahun yang disunguhi tontonan vidio yang suaranya tidak sesuai dengan gerakkan visualnya. Begitu ditanya, mereka tidak megetahui kalau suara dan gambarnya tidak klop. Itu artinya, mereka tidak menyerap isi totontannya.

Menonton televisi cenderung meningkatkan obesitas baik dikalangan anak-anak maupun orang dewasa. Sebuah studi dilakukan Moore (2004) karena banyaknya iklan permen di televisi menyatakan 15,3 persen anak-anak berusia 6 sampai 11 di USA mengalami kelebihan berat badan. Pada hal tahun sebelumnya pada tahun 1999-2000, hanya 4,2 persen.

Disamping itu, saat menonton televisi, orang merasa terlepas dari kehidupan nyata. Di kursi yang nyaman di rumah yang sejuk dengan banyak makanan adalah terasa biasa saja kendatipun di televisi ditayangkan para tuna wisma orang kelaparan atau menderita serba kekurangan. Mungkin adnya yang tersentuk, melihat nasib mereka, tetapi tidak berbuat apa-apa.

Amat beda bila seseorang membaca kehidupan tuna wisma tersebut. Meskipun ada yang mengatakan bahwa boleh membaca bukupun hanya membangkitkan perasaan serupa tanpa berbuat apa-apa. Namun menurut dokter Johnson (2000) saat sedang membaca buku yang tidak banyak gambarannya, pikiran bisa berimaginasi dan punya kesempatan memikirkannya. Pikiran itu dapat menggiring seseorang kepada gagasan yang menimbulkan isnpirasi untuk melakukan sesuatu. Sementara televisi tidak memberi adanya jeda waktu agar seseorang punya kesempatan berimajinasi seperti itu, karena segera tayangan baru sudah muncul lagi.

Kita tidak akan pernah lupa dengan apa yang pernah kita lihat. Otak limbik dihubungkan dengan memori. Dan gambar di televisi kita ingat entah secara sadar, tanpa sadar atau bawah sadar. Maka kita hampir tidak mungkin menciptakan imajinasi. Sebaliknya, orang sering kecewa ketika menonton film yang pernah dibacanya, karena ia tidak lagi berimajinasi, padahal imajinasi tentang sesuatu yang lain mungkin muncul dalam dirinya.

Ketika menonton televisi, seringkali anak-anak tidak menggunakan imajinasi sama sekali, itu berarti kurang pelatihan otak -pikir untuk menciptakan angan-angan, intuisi, inspirasi, dan imajinasi. Bahkan televisi menjauhkan anak-anak untuk berinterkasi dengan lainnya saat menonton acara tersebut. Mereka bersifat individual kendatipun mereka menonton dalam ruangan dan televisi yang satu.


E. Mengatasi danpak negatif televisi

Dalam situs Departemen kesehatan diturunkan berita dengan tajuk Gaya Hidup Sehat dengan Sedikit nonton TV. Ini menandakan bahwa menonton televisi yang lama justru dapat membawa orang ke dalam kondisi tidak sehat. Ternyata kesadaran ini tidak hanya ditemukan di Indonesia, tetapi di USA, Frazier Moore (2004) sangat mencemaskan kebiasaan masyarakatnya yang menonton televisi rata lebih dari 4 jam setiap harinya. Sehingga ia mengajak pemirsa televisi untuk menengok kehidupan luar, dengan cara menciptakan gerakkan “Pekan Matikan TV” Selama satu pekan itu masyarakat diajak untuk memanfaatkan waktunya bersama tetangga, teman-taman di tempat kerja atau di kampus untuk bergabung melakukan kegiatan lain kecuali nonton televisi.

Namun karena tidak mungkin melakukan gerakkan itu, anak tak mungkin dipisahkan agar tidak menonton televisi, dan juga tidak akan berdampak efektif bila satu minggu tidak menonton televisi tetapi selama 51 pekan menonton dengan leluasa. Agaknya usaha yang lebih realistik untuk mengurangi dampak negatif televisi ini dapat diikuti saran dari Johnson (2000) dan Sutja (2006) yaitu:

1. Matikan televisi sesering mungkin. Jauhkan anak dari televisi sampai ia berusia 12 tahun. Selubungi pesawat televisi atau taruh dalam lemari berpintu agar menjauhkan keinginan anak untuk menonton. Kita tak bisa melarang, kalau kita sendiri melakukan. Jika televisi meyala seleksilah acaranya dan tontonlah bersama sehingga anda bisa berceritera apa yang sedang ditonton. Nyalakan lampu ruangan untuk menambah sumber cahaya lain.

2. Bacakan buku dan dongengkan ceritera sesering mungkin. Anak- anak juga suka mendengarkan cerita tentang kehidupan kita diwaktu kecil. Menjelang tidur atau saat di kenderaan adalah saat yang baik untuk mendongeng. Bercerita membantu merangsang kemampuannya merangsang imajinasi.

3. Ajaklah anak mengenal alam. Alam merupakan guru terbaik untuk belajar kesabaran, kegembiraan, pesona, dan observasi. Warna alam sungguh luar biasa dan seluruh panca indra dirangsang. Anak zaman sekarang sering mengira alam itu membosankan, sebab mereka terbiasa dengan gambar-gambar yang bergerak cepat atau action yang sudah di kemas televisi . Belajar itu melibatkan seluruh panca indra, dan informasi samaim kepada kita dengan cara, sedemikian hingga otak pikir dapat menyerapnya. Alam itu realitas, televisi itu realitas semu. Buat rencana keluar, misalnya ke taman kebun pantai sehabis menonton.

4. Jagalah keseimbangan pancaindra mereka dengan memberi rangsangan yang sama terhadap panca indra lainnya. Pengalaman melihat, mendengar, mencium, merasakan, dan menyentuh sangat penting bagi perkembangan dirinya. Tunjukan bagaimana anak bisa menemukan benda atau warna yang ditontonnya itu, merasakan atau menciumnya.

5. Agar memelihara retina maka perlu diatur jarak antara televisi dengan anak, sedapat mungkin letak televisi tidak tinggi dari mata anak, serta jangan biarkan anak menonton televisi dengan jarak kurang dari 1,2 m. Usahakan pula agar latar belakang televisi tidak memiliki cahaya yang kontras.

6. Biarkan anak menggunakan tangan, kaki, atau seluruh tubuhnya untuk melakukan aktivitas tertentu. Semua kegiatan luar ruangan; lari, melompat, memanjat, lompat tali dll membantu mengembangkan motorik lasar dan melienasi. Melakukan pekerjaan rumah tangga, memasak, bikin kue, merenda, memaku kayu, origami, bermain gitar, piano, melukis, menggambar dan mewarnai membantu mengembangkan motorik halus anak-anak.

AKMAL SUTJA


Drs. Akmal Sutja, MPd. adalah staf pengajar pada FKIP Universitas Jambi. Ia lahir tahun 1959 di Padang Panjang Sumatera Barat. SD ia tamatkan di desanya Batipuh 1971, MTs 1974 dan MAN 1977. Memiliki D-II PPKn 1980 dan menyelesaikan S-1 jurusan PMP/IKN UNP tahun 1983, dan memperoleh gelar Magister Pendidikan dari UPI 1989 jurusan Bimbingan Penyuluhan.
Kegemaran menulis telah ia perlihat semenjak lama. Semasa masih mahasiswa ia pernah menjadi redaksi koran kampus, dan menulis di banyak media, koran Singgalang, Suara Karya dan majalah psikolgi Anda. Tulisannya pernah meraih Juara Pertama dalam lomba Karya Ilmiah Sumpah Pemuda UNP tahun 1981.
Dengan pengalaman jurnalistik serta memperoleh pendidikan tambahan dalam Bimbingan Konseling, disamping PPKn, telah membuat ia mampu menulis Budi Perkerti ini dengan bahasa populer dan menjadi enak di baca.
Disamping menulis buku ini, bukunya yang telah dipublikasikan Sekitar Garuda Pancasila"CV Angkasa Bandung tahun 1986. Humas suatu Pengantar Jambi: Jurusan IPS. Bigrafi Rektor Unja ke-2, SB Samad: Anak Guru Sekolah Rakyat (CV Angkasa Bandung tahun 1996. Memahami Lingkungan Keluarga dan Pendidikan Anak tahun 2002 dan Panduan Penulisan Skripsi tahun 2005.
Dalam bidang organisasi, mantan Pembantu Dekan I FKIP ini, telah mempelopori berdirinya organisasi Alumni UNP di Jambi. Mempelopori dan menjabat Ketua PENGDA ABKIN 1993-1998. Mendirikan menjabat Dewan pembina HOT Jambi 2002 -sekarang.
Sekarang Bapak yang telah dikarunia 2 pasang anak ini, Uut, Tia, Ryan dan Ikrar dari perkawinannya dengan Guru SMA 5 Jambi, Elizeta, SPd, tercatat sebagai dosen pada program Ekstensi BK FKIP Univ. Jambi disamping Kepala Unit Layanan Bimbingan Konseling (UPBK) Univ. Jambi.

TUJUAN, FUNGSI, ASAS DAN PRINSIP BIMBINGAN KONSELING

BIMBINGAN KONSELING
Disusun Oleh :
1. Dian Novita
2. Ika Putri Agustin
3. Muh. Sigit Prawoto
4. Etik Yuliana
5. Aryanti
6. Gunawan

Dari Berbagai Sumber

A. Pengertian Bimbingan Konseling
Bimbingan konseling adalah sebuah pemberian bantuan dari konselor kepada konseli (klien) untuk mencapai kemandirian klien.
Sedangkan menurut :
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dari seorang yang ahli, namun tidak sesederhana itu untuk memahami pengertian dari bimbingan. Pengertian tetang bimbingan formal telah diusahakan orang setidaknya sejak awal abad ke-20, yang diprakarsai oleh Frank Parson pada tahun 1908. Sejak itu muncul rumusan tetang bimbingan sesuai dengan perkembangan pelayanan bimbingan, sebagai suatu pekerjaan yang khas yang ditekuni oleh para peminat dan ahlinya. Pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli memberikan pengertian yang saling melengkapi satu sama lain.
Maka untuk memahami pengertian dari bimbingan perlu mempertimbangkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
“Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih,mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya” (Frank Parson ,1951).
Frank Parson merumuskan pengertian bimbingan dalam beberapa aspek yakni bimbingan diberikan kepada individu untuk memasuki suatu jabatan dan mencapai kemajuan dalam jabatan. Pengertian ini masih sangat spesifik yang berorientasi karir.
“Bimbingan membantu individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri” (Chiskolm,1959).
Pengertian bimbingan yang dikemukan oleh Chiskolm bahwa bimbingan membantu individu memahami dirinya sendiri, pengertian menitik beratkan pada pemahaman terhadap potensi diri yang dimiliki.
“Bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu” (Bernard & Fullmer ,1969).
Pengertian yang dikemukakan oleh Bernard & Fullmer bahwa bimbingan
dilakukan untuk meningkatakan pewujudan diri individu. Dapat dipahami bahwa bimbingan membantu individu untuk mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya.
“Bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan proses belajar yang sistematik” (Mathewson,1969).
Mathewson mengemukakan bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan pada proses belajar. Pengertian ini menekankan bimbingan sebagai bentuk pendidikan dan pengembangan diri, tujuan yang diinginkan diperoleh melalui proses belajar.
Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli maka dapat diambil kesimpulan tentang pengertian bimbingan yang lebih luas, bahwa bimbingan adalah :
“Suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, lingkunganya serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat”

B. Tujuan, Fungsi, Asas dan prinsip Bimbingan Konseling
• Tujuan
Tujuan pemeberian layanan bimbingan ialah agar individu dapat
(1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier serta kehidupannya pada masa yang akan datang
(2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin
(3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerjanya
(4) mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, ataupun lingkungan kerja.

• Fungsi
1. Fungsi pencegahan merupakan usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya masalah
2. Fungsi Penyaluran merupakan layanan bimbingan konseling yang membantu siswa untuk menyalurkan bakat, minat, kecakapan dan kebutuhan sesuai dengan keadaan pribadinya.
3. Fungsi penyesuaian adalah layanan bimbingan konseling berfungsi membantu individu dalam terciptanya penyesuaian antara siswa dan lingkungannya.
4. Fungsi perbaikan merupakan usaha layanan bimbingan setelah fungsi-fungsi di atas mengalami gangguan.
5. Fungsi pengembangan merupakan fungsi bimbingan dalam mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilki individu.
6. Fungsi adaptasi yaitu fungsi yang membantu pada pelaksana pendidikan, khususnya guru atau dosen, widiaiswara, dan wali kelas untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan dan kebutuhan individu.

• Asas
Asas adalah landasan yang mendasari pelaksanaan bimbingan konseling. Menurut Prayitno 1987, asas terbagi menjadi :
a. Asas Kerahasiaan adalah segala sesuatu yang dibicarakan dan diperoleh dalam proses bimbingan dan konseling tidak boleh disampaikan kepada orang lain.
Contoh : konseli menceritakan bahwa ia memiliki penyakit AIDS, maka konselor harus menjaga jangan sampai ia mengungkapkan rahasia itu pada orang lain
b. Asas Kesukarelaan; mengandung pengertian bahwa pelaksanaan bimbingan konseling hendaknya berlangsung atas dasar kesukarelaan dan ketulusan dari kedua belah pihak, baik dari pihak konselor maupun dari pihak klien.
Contoh : Ketika klien punya malasah, baik itu yang berkaitan dengan teman ataupun guru, hendaknya dia datang kepada konselor tanpa ada yang menyuruh (terpaksa), melainkan karena atas kemauannya sendiri.
c. Asas Keterbukaan; diharapkan ke dua belah pihak membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah, konselor dalam hal ini harus terbuka dalam memberikan tekanan dalam membantu memecahkan masalah kepada klien.
Contoh : Klien punya pengalaman jelek dan memalukan, seperti mencuri, mencopet dan lain-lain, hendaknya jangan takut untuk mengungkapkannya. Dan konselorpun harus bisa membuka diri menerima dan mendengarkan serta memberi layanan dengan baik.
d. Asas Kekinian; bimbingan konseling menangani masalah yang saat ini sedang dialami klien, bukan masalah yang terjadi pada masa lalu dan bukan pula yang terjadi pada masa yang akan datang. Pembahasan masalah masa lalu menjadi tanggung jawab psikoterapi.
Contoh : Klien datang dengan mengemukakan masalah yang sedang ia hadapi. Masalah itu bukan masalah masa lalunya. Tetapi masalah yang ia hadapi pada saat ini juga
e. Asas Kemandirian; mengandung makna bahwa layanan bimbingan konseling bertujuan membuat anak menjadi mandiri tidak bergantung pada orang lain.
Contohnya : Konseling dilakukan dengan membantu siswa menemukan sendiri pemecahan masalahnya. Si Ani tidak punya biaya untuk membeli buku. Maka konseling mengarahkan agar si Ani dapat mandiri memikirkan upaya apa yang dapat dilakukannya untuk dapat uang tanpa meninggalkkan sekolag agar ia bisa membeli buku.
f. Asas Kegiatan; bimbingan konseling merupakan proses bantuan, diharapkan klien aktif melakukan kegiatan-kegiatan sehubungan dengan proses layanan yang diterima oleh klien. Konselor harus mampu membangkitkan semangat dan minat klien untuk mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
Misalnya : Jika konseling dilakukan untuk mengembangkan keberanian siswa berbicara, maka dapat dilakukan diskusi kelompok atau permainan peran. Dan siswa / klien didorong agar tertarik mengikuti kegiatan itu.
g. Asas Kedinamisan; layanan bimbingan konseling menghendaki terjadinya perubahan perilaku dalam diri klien kearah yang lebih baik. Perubahan tersebut harus menuju ke sesuatu yang baru, kreatif, dan maju.
Contohnya : Pada saat konseling pertama siswa berpakaian lusuh, kurang sopan, maka sedikit sedikit siswa dibimbing agar menjaga kerapian. Diharapkan semakin hari kerapian dan kesopanan siswa dapat meningkat.
h. Asas Keterpaduan; hendaknya meliputi seluruh aspek kehidupan fisik dan psiko anak, sebab masalah yang dihadapi anak kemungkinan disebabkan ketidaksesuaian antara aspek yang ada dalam diri anak.
Contohnya dalam melakukan konseling konselor tidak boleh hanya mempertimbangkan aspek fisik saja (kegiatan sehari-hari, perilakunya yang tidak sopan atau hal lain) tetapi juga harus memperhatikan psikologinya, mengapa ia melakukan sutau tindakan berdasarkan psikologi yang ada pada dirinya.
i. Asas Kenormatifan; layanan bimbingan konseling dilaksanakan menurut norma-norma yang berlaku.
Misalnya : Konseling tetap memperhatikan norma, baik itu agama, kesopanan, kesusilaan dan norma hukum. Konseling tidak mungkin dilakukan dengan mengenakan celana pendek (misalnya) atau pakaian lain yang dirasa tidak pantas.
j. Asas Keahlian; layanan bimbingan konseling dilakukan oleh petugas yang ahli, sehingga layanan yang dilakukan akan menimbulkan hasil yang baik.
Contohnya : Konseling harus ditangani oleh Guru Bimbingan konseling (tenaga konselor) . Atau jika tenaga konselor tidak dapat menyelesaikannya dapat dialihtangankan kepada yang lebih ahli.
k. Asas Alih Tangan; layanan bimbingan konseling harus dilakukan berdasarkan kemampuan masing-masing petugas yang lebih mampu.
Misalnya : Arman bermasalah dalam bidang penguasaan konten. Anggap saja ia tidak mampu menyelesaikan tugas matematika. Maka ia dapat dialihtangankan kepada guru Matematika agar ia mampu mengatasi masalahnya.
l. Asas Tut Wuri Handayani; menciptakan suasanan yang aman nyaman dan menyenangkan.
Contohnya : Guru mengupayakan ruangan, suasana yang dapat membuat klien dapat nyaman untuk mengemukakan masalahnya.

• Prinsip
1. Bimbingan adalah untuk semua individu; bimbingan dapat diberikan kepada semua individu dari segala umur sesuai dengan jenis dan sifat permasalahan yang dihadapinya.
2. Bimbingan adalah layanan individu; harus memperhatikan karakteristik individu, kebutuhan individu, karena individu merupakan pribadi yang unik.
3. Bimbingan menekankan pada pandangan yang positif; maksudnya individu dengan usahanya sendiri mampu mencukupi perkembangan yang optimal.
4. Bimbingan adalah usaha bersama; bimbingan tidak dapat dilakukan sendiri oleh konselor.
5. Pengambilan keputusan adalah bagian yang esensial dalam bimbingan; bimbingan diarahkan membantu individu untuk membuat keputusan yang diambilnya atas dasar kecakapan dan tanggung jawab sendiri.
6. Bimbingan dapat dilaksanakan diberbagai latar; menurut kebutuhan dan permasalahan yang timbul.

KEMAMPUAN MENJALANI PERKULIAHAN SECARA EFEKTIF

A. Maksud dan tujuan

Dalam mengikuti kuliah bukanlah kegiatan yang dapat diartikan sebagai sekedar adir dalam ruangan kuliah, tetapi merupakan serangkaian aktifitas yang menuntut penumbuhan sikap yang positif, pemilikan sejumlah informasi dan keterampilan yang memadai, baik sebelum dan setelah kuliah tersebut berlangsung.

Resume inid imaksudkan untuk dapat membantu mahasiswa memahami dan menerapkan berbagai sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam mengikuti kuliah. Dengan demikian mahasiswa akan menjadi aktif pada setiap kuliah yang dijalaninya dan pada akhirnya dapat meraih hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

B. Masalah dan Harapan

1. Masalah

Masalah yang sering muncul dalam menjalani perkuliahana dalah :

a. Mengalami kesulitan dalam mempersiapkan kondisi fisik dan psikis

b. Tidak mempersiapkan bahan, dan peralatan kuliah

c. Tidak hadir dalam kuliah ataus erring absent

d. Memilih tempat duduk yang tidak strategis dalam ruang kuliah

e. Tidak atau sukar bertanya dalam perkuliahan

f. Tidak mengemukakan pendapat dalam perkuliahan

g. Mudah terpengaruh oleh keadaan di sekitar atau di luar ruang kuliah

h. Banyak materi perkuliahan yang tidak dikuasai

i. Catatan perkuliahan tidak lengkap

j. Tidak menindak lanjuti perkuliahan

k. Mengalami kesulitan dalam membuat karya tulis dan tugas-tugas

2. Harapan

Mahasiswa dituntut mampu mempersiapkan diri, keterampilan dan aktif dalam seluruh rangkaian kegiatan perkuliahan. Keadaan yang diharapkan dari mahasiswa adalah sebagai berikut :

a. Mempersiapkan kondisi fisik dan psikis untuk kuliah

b. Mempersiapkan diri semua bahan dan peralatan perkuliahan

c. Hadir pada semua acara perkuliahan tetap muka

d. Memilih tempat duduk yang strategis dalam ruang kuliah

e. Mampu bertanya dalam perkuliahan

f. Mampu mengemukakan pendapat dalam perkuliahan

g. Mampu mengatasi pengaruh yang mengganggu dari keadaan di sekitar ruang kuliah

h. Menguasai materi perkuliahan secara penuh

i. Mempunyai catatan perkuliahan yang lengkap

j. Menindaklanjuti perkuliahan yang sudah diikuti

k. Menyelesaikan karya tulis dan tugas-tugas lain secara baik dan benar

C. Keterampilan Menjalani Kuliah

Diagram menjalani kuliah adalah sebagai berikut :





















Kesemua kegiatan dan / atau keterampilan tersebut di atas pada dasarnya bertujuan agar mahasiswa mampu memahami secara tuntas apa yang diperbolehkan sewaktu kegiatan tatap muka dengan dosen.

Berhubungan dengan bagaimana berbagai kegiatan dan keterampilan dalam menjalani kuliah yang disebutkan dapat dikuasai dan dipraktekkan oleh mahasiswa. Berbagai pedoman dan latihan berkenaan dengan kegiatan dan keterampilan itu akan dikemukakan pada uraian berikut ini. Mahasiswa diminta untuk mempelajari pedoman-pedoman yang dimaksudkan dan mempraktekkan latihan-latihan yang disediakan.

1. Sikap Terhadap Perkuliahan

Mahasiswa dituntut untuk dapat mengembangkan sikap dan pandangan yang positif terhadap perkuliahan yang dijalaninya. Sejumlah sikap dan pandangan positif yang mestinya dipupuk mahasiswa dalam mengikuti kuliahnya adalah sebagai berikut :

a. Persepsi yang positif terhadap program studi

Sikap dan pandangan positif akan mendorongnya untuk mencintai program studi yang dimaksudkan sehingga membawa dampak-dampak yang menguntungkan terhadap aktifitas belajarnya di situ.

Persepsi positif yang dimiliki mahasiswa tentang program studinya pada gilirannya akan dapat mempengaruhi cita-citanya, motivasi dan minatnya dalam belajar dan terhadap ke semua aktifitas yang berlangsung dalam program studi tersebut akan mudah berkembang bila mana mahasiswa memasuki program studi yang bersangkutan didasarkan atas bakat, minat dan kemampuannya dan tidak atas dasar asal lulus, atau terpaksa oleh lingkungan di luar dirinya.

Namun ada mahasiswa yang pada mulanya merasa terpaksa atau tidak berminat terhadap program studi yang diambilnya, mahasiswa yang bersangkutan perlu menyadari bahwa sikap, minat dan persepsi yang dimilikinya sekarang dapat diubah, dibentuk dan diarahkan ke arah yang lebih positif. Mahasiswa tersebut pula belajar terus-menerus mencintai program studi yang dimasukinya itu dengan cara mengumpulkan berbagai informasi sehubungan dengan program studi yang digelutinya itu.

b. Sikap dan pandangan yang positif terhadap kehadiran dalam kuliah

Adalah keliru apabila mahasiswa berpendirian bahwa tidak hadir dalam kuliah adalah tidak apa-apa dan meminjam catatan atau bertanya kepada teman adalah jalan keluar terhadap ketidakhadiran tersebut.

Sikap positif yang perlu dikembangkan terhadap kehadiran perkuliahan adalah :

1) Tanamkan dalam diri bahwa perkuliahan itu adalah sangat penting bagi kelanjutan studi anda

2) Berupaya mencari berbagai keterangan tentang sifat dan hakekat perkuliahan yang akan anda ikuti.

c. Sikap dan pandangan terhadap dosen

Dosen adalah sumber yang sangat penting dalam perkuliahan. Oleh sebab itu adalah semestinya anda mempunyai sikap dan pandangan yang positif terhadap dosen yang mengajar anda.

d. Sikap dan pandangan yang positif terhadap bahan dan fasilitas perkuliahan

Berbagai bahan dan fasilitas perkuliahan seperti buku-buku sumber, jurnal, hand out, laboratorium dan perpustakaan adalah sumber-sumber yang dapat membantu anda memahami dan menguasasi materi kuliah yang diberikan oleh dosen. Pemahaman yang baik akan kegunaan berbagai bahan dan fasilitas yang dimaksudkan akan mendorong anda untuk memanfaatkan berbagai bahan dan fasilitas itu dengan sebaik-baiknya.

2. Menyiapkan diri mengikuti kuliah

a. Persiapan materi kuliah

Antara lain adalah dengan cara :

1) Membaca kembali catatan berkenaan dengan mata kuliah yang anda ikuti minggu sebelumnya. Apakah anda masih cukup paham ? Adakah yang tidak mengerti? Kalau ya, tanyakan kepada teman dan atau dosen.

2) Membaca bahan, dan berupaya menemukan kaitan bahan kuliah sebelumnya itu dengan bahan yang akan diberikan besok.

Anda dapat membuat pertanyaan-pertanyaan setidak-tidaknya tentang apa, mengapa, untuk apa dan bagaimana materi tersebut.

Contoh, besok perkuliahan dibahas materi pengertian, tujuan, dan fungsi bimbingan dan konseling. Berkenaan dengan pokok bahasan ini beberapa pertanyaan yang terlebih dahulu dapat diajukan adalah sebagai berikut :

§ Apa yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling ?

§ Mengapa bimbingan dan konseling perlu dipelajari ?

§ Untuk apa mempelajari bimbingan dan konseling ? Untuk siapa saja? Kapankah diselenggarakan ?

§ Dan lain-lain

b. Persiapan fisik

Selanjutnya kesehatan dan kesegaran fisik akan membantu anda untuk mengemukakan ide-ide yang bagus berkenaan dengan topik yang dibahas itu.

Untuk dapat menjaga kesehatan dan kesegaran fisik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :

§ Biasakan anda tidur secara cukup sebelum mengikuti kuliah esok harinya

§ Upayakan memakan makanan yang bergizi setiap hari

§ Biasakan melakukan olah raga secara teratur

§ Hindari merokok, minum alkohol dan sejenisnya

3. Mengikuti Kuliah

Untuk sampai pada tujuan yang hendak dicapai dalam mengikuti perkuliahan sejumlah pedoman dapat dijadikan penduan dalam setiap kali mengikuti perkuliaha, yaitu :

1) Memilih tempat duduk dalam ruang kuliah

2) Mencatat materi perkuliahan

3) Bertanya dan menjawab

4) Mengemukakan pendapat, dan

5) Berupaya menghindari diri dari berbagai pengaruh yang mengganggu konsentrasi belajar

4. Menindaklanjuti Materi Perkuliahan

Tujuan dari penerapan kegiatan dan keterampilan ini adalah untuk menindaklanjuti materi-materi perkuliahan yang diperoleh sewaktu mengikuti kuliah bersama dosen. Dalam rangka menindaklanjuti materi perkuliahan tersebut setidak-tidaknya ada tiga jenis kegiatan yang dapat dilakukan oleh mahasiswa yaitu :

a. Menggunakan kartu

Dalam kartu yang anda buat anda dapat menulis secara berurutan mulai dari pengertian motivasi, jenis dan faktor yang mempengaruhi, sampai pada beberapa cara motivasi, jenis dan faktor yang mempengaruhi, sampai pada beberapa cara memotivasi orang. Bagian yang ditulis dalam kartu adalah bagian pokok saja, sebab fungsinya adalah untuk memanggil ingatan anda pada materi yang sudah anda pelajari itu, atau untuk menemukan pemahaman yang lebih sempurna pada sumber-sumber lain.

Dalam hal ini anda berupaya untuk menggunakan hasil belajar tidak semata-mata untuk menghadapi ujian, melainkan juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya apabila anda belajar tentang teknik berkomunikasi antar pribadi, maka teknik-teknik tersebut anda coba dalam setiap kali berkomunikasi dengan orang lain, tanpa orang lain itu mengetahui bahwa anda sedang mencobakan teknik tersebut.

b. Diskusi dengan teman

Berdiskusi dengan teman tentang apa yang telah dikuliahkan merupakan kegiatan pasca kuliah yang amat penting. Ini bertujuan untuk saling mengecek, melengkapi, dan memperkaya materi pokok yang diperoleh sewaktu kuliah tatap muka dengan dosen. Melalui diskusi dengan teman-teman anda dapa saling bertukar pikiran dalam rangka meningkatkan pemahaman anda tentang berbagai isu yang dibahas dalam kuliah. Bila ada yang ketinggalan dalam mencatat pokok-pokok penting, kekurangan catatan itu dapat dilengkapi. Bila anda tidak memahami materi yang disajikan, diskusi dengan teman-teman akan memudahkan anda memahami materi yang dimaksudkan. Bahkan dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan anda tentang materi yang dibahas sewaktu kuliah.

c. Mencuri sumber lain

Sumber-sumber yang dapa dimanfaatkan setelah mengikuti kuliah antara lain adalah : buku, jurnal, film, peta, majalan, acara-acara TV, laboratorium, internet dan lain-lain sebagainya. Sumber-sumber tersebut berisi uraian dan penjelasan yang kadang-kadang lebih lengkap dan terperinci dari pada apa yang diterima sewaktu mengikuti kuliah.



Oleh : Gunawan (Semester 4)