Senin, 31 Mei 2010

GURU BK Urusannya Tak Cuma Siswa Nakal Saja


YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Banyak guru bimbingan dan konseling yang dasar ilmunya tidak sesuai dengan ilmu yang telah diambil sebelumnya. Akibatnya, guru bimbingan dan konseling kerap tidak memahami yang harus dilakukannya.

Demikian diungkapkan pengamat pendidikan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Muhammad Samsudin di sela pendidikan dan pelatihan guru bimbingan dan konseling di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta, Selasa (25/5/2010).
Apa yang dilakukan pada akhirnya lebih kepada hal-hal administratif, sampai timbul anggapan bahwa guru BK adalah galak.
-- Muhammad Samsudin

"Apa yang dilakukan pada akhirnya lebih kepada hal-hal administratif. Bahkan, sampai timbul anggapan di kalangan siswa bahwa guru bimbingan dan konseling adalah orang yang galak dan hanya menangani siswa nakal," ujar Samsudin.

Padahal, kata dia, guru bimbingan dan konseling tidak selalu berhubungan dengan kenakalan siswa. Guru bimbingan dan konseling dapat dijadikan tempat untuk pengembangan diri siswa.

"Dengan demikian, guru bimbingan dan konseling tidak sekadar mengatasi masalah, tetapi juga berfungsi sebagai tempat untuk pengembangan diri siswa seperti konsultasi pendidikan dan karier," katanya.

Peran Guru BK Kurang Maksimal


YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Guru bimbingan dan konseling (BK) harus mampu tampil mandiri dengan meningkatkan pengetahuan dan wawasannya. Hal itu dapat dilakukan melalui pelatihan dan layanan konseling dengan memanfaatkan teknologi informasi yang saat ini semakin berkembang.
Sebagian besar dasar ilmu guru bimbingan dan konseling bukan ilmu untuk menjadi guru bimbingan dan konseling.
-- Muhammad Samsudin

Demikian diungkapkan pengamat pendidikan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Muhammad Samsudin di sela pendidikan dan pelatihan guru bimbingan dan konseling di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta, Selasa (25/5/2010).

Samsudin mengatakan, tampil mandiri dan kemampuan yang bertambah akan meningkatkan penampilan guru bimbingan dan konseling, sehingga dapat menghapus anggapan bahwa guru bimbingan dan konseling kurang berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan.

"Anggapan itu bisa disebabkan berbagai faktor, di antaranya sebagian besar dasar ilmu guru bimbingan dan konseling bukan ilmu untuk menjadi guru bimbingan dan konseling," katanya.

Menurut dia, banyak guru bimbingan dan konseling yang dasar ilmunya tidak sesuai dengan ilmu yang telah diambil sebelumnya. Akibatnya, kata dia, guru bimbingan dan konseling tersebut tidak memahami yang harus dilakukannya.

"Apa yang dilakukan pada akhirnya lebih kepada hal-hal administratif. Bahkan, sampai timbul anggapan di kalangan siswa bahwa guru bimbingan dan konseling adalah orang yang galak dan hanya menangani siswa nakal," katanya.

Fungsi Otak Kanan Tertekan Otak Kiri?


JAKARTA, KOMPAS.com - Dunia medis di zaman dahulu menganggap, bahwa perbedaan fungsi otak kanan dan otak kiri tidaklah besar. Namun, saat ini perbedaan kedua fungsi tersebut tidak hanya menjadi pengetahuan yang diakui bersama oleh para praktisi medis pada umumnya, tetapi juga menjadi sebuah cabang ilmu pengetahuan yang khusus diteliti.
Pendidikan kita lebih mengutamakan otak kiri, yang mengakibatkan fungsi otak kanan tertekan oleh otak kiri.
-- Andrea M Ali

Demikian diungkapkan Andrea M Ali, seorang master license dari Brain Child Learning Indonesia wilayah Jakarta Timur, Bogor, dan Depok, di Jakarta, Jumat (28/5/2010). Menurutnya, fungsi otak kiri adalah untuk berpikir nalar, analisa, kemampuan berbahasa dan kemampuan menghitung, dan dapat dikatakan bertanggung jawab terhadap IQ seseorang.

"Seseorang dengan kecenderungan otak kiri yang lebih dominan lebih egois, mementingkan diri sendiri, mudah iri hati, sombong dan lain sebagainya," ujarnya.

Sementara otak kanan, kata dia, bertanggung jawab dalam emosi, daya intuisi, daya kreasi, kesenian, kemampuan refleksi, daya ingat, kepribadian dan lain sebagainya, dan dapat dikatakan bertanggung jawab terhadap emosi (EQ). Seseorang dengan kecenderungan otak kanan, menurutnya, lebih dominan dan cenderung dapat lebih berperasaan serta kurang kemampuan manajerial.

"Pendidikan saat ini kebanyakan lebih mengutamakan otak kiri, sehingga mengakibatkan banyak orang tidak percaya adanya indera intuisi, daya prediksi dan kemampuan perspektif yang merupakan gejala umum di mana fungsi otak kanan tertekan oleh otak kiri," ujar Ali.

Tetapi, Ali melanjutkan, setelah midbrain seorang anak diaktifkan, fungsi dari otak kanan dan otak kiri dapat berjalan secara seimbang. Otak kiri tidak lagi menekan otak kanan.

"Kemampuan prediksi, daya ingat, kesenian dan kemampuan refleks tidak hanya menjadi berkembang, tetapi kemampuan manajerial dan pemahaman mereka juga dapat terpelihara," tuturnya.

Orang seperti itu, kata Ali, akan lebih memiliki rasa cinta kasih, lebih mencintai orang tua sendiri, termasuk orang yang lebih tua, memiliki kecerdasan dan kerukunan. Itulah, yang menurut Ali, sebuah potensi awal yang semestinya dimiliki oleh umat manusia.